Archive for the ‘PETERNAkAN RAMAH LINGKUNGAN’ Category



1. SEJARAH SINGKAT
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

2. SENTRA PERIKANAN
Ayam telah dikembangkan sangat pesat disetiap negara. Di Indonesia usaha ternak ayam pedaging juga sudah dijumpai hampir disetiap propinsi

3. JENIS
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar memiliki daya produktifitas relatif sama.Artinya seandainya terdapat perbedaan, perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri, Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N, Sussex, Bromo, CP 707.

4. MANFAAT
Manfaat beternak ayam ras pedaging antara lain, meliputi:
1. penyediaan kebutuhan protein hewani
2. pengisi waktu luang dimasa pensiun
3. pendidikan dan latihan (diklat) keterampilan dikalangan remaja
4. tabungan di hari tua
5. mencukupi kebutuhan keluarga (profit motif)

5. PERSYARATAN LOKASI
1. Lokasi yang cukup jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2. Lokasi mudah terjangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3. Lokasi terpilih bersifat menetap, artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha peternakan.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1. Perkandangan
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:
 persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C,
 kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada,
 tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam,
 untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray.
 Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama.
2. Peralatan
1. Litter (alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
2. Indukan atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
3. Tempat bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
4. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
5. Alat-alat rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti: suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
2. Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
2. pertumbuhan dan perkembangannya normal
3. ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
4. tidak ada lekatan tinja di duburnya
5. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day OldChicken)/ayam umur sehari:
0. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
1. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
2. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
3. Anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
4. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
5. Tidak ada letakan tinja diduburnya.
6. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.
3. Pemeliharaan
1. Pemberian Pakan dan Minuman
. Untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut:
 kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
 kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
b. Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah sebagai berikut:
 kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
 kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:
 minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor,
 minggu ke-6 (umur 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor,
 minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan
 minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor.
Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
i. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
1. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
2. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
2. Pemeliharaan Kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.

7. HAMA DAN PENYAKIT
1. Penyakit
1. Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian:
1. menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering;
2. dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
2. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala “tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian:
1. menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang;
2. pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
2. Hama
1. Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Pengendalian:
1. sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat;
2. dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.

8. PANEN
1. Hasil Utama
Untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
2. Hasil Tambahan
Usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran kandang dan bulu ayam.

9. PASCAPANEN
1. Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
2. Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak mudah tercemar dan mudah busuk.
3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4°C). Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang
halus dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap
dimasak dalam kemasan terpisah.
5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.

10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1. Analisis Usaha Budidaya
Dasar perhitungan biaya yang dikeluarkan dan pendapatan yang diperoleh dalam analisis ini, antara lain adalah:
1. jenis ayam yang dipelihara adalah jenis ayam ras pedaging (broiler) dari strain CP.707.
2. sistem pemeliharaan yang diterapkan dengan cara intensif pada kandang model postal
3. luas tanah yang digunakan yaitu 200 m 2 dengan nilai harga sewa tanah dalam 1 ha/tahun adalah Rp 1.000.000,-.
4. kandang terbuat dari kerangka bambu, lantai tanah, dinding terbuat dari bilah-bilah bambu denga alas dinding setinggi 30 cm, terbuat dari batu bata yang plester dan atap menggunakan genting.
5. ukuran kandang, yaitu tinggi bagian tepinya 2,5 m, lebar kandang 5 m dan lebar bagian tepi kandang 1,5 m.
6. lokasi peternakan dekat dengan sumber air dan listrik.
7. menggunakan alat pemanas (brooder) gasolec dengan bahan bakar gas.
8. penerangan dengan lampu listrik.
9. umur ayam yaitu dimulai dari bibit yang berumur 1 hari
10. litter/alas kandang menggunakan sekam padi.
11. jenis pakan yang diberikan adalah BR-1 untuk anak ayam umur 0-4 minggu dan BR-2 untuk umur 4-6 minggu.
12. tingkat kematian ayam diasumsikan 6%.
13. lama masa pemeliharaan yaitu 6 minggu (42 hari).
14. berat rata-rata per ekor ayam diasumsikan 1,75 kg berat hidup pada saat panen.
15. harga ayam per kg berat hidup, yaitu diasumsikan Rp 2500,-, walau kisaran harga sampai mencapai Rp 3000,- ditingkat peternak/petani.
16. ayam dijual pada umur 6 mingu atau 42 hari.
17. nilai pupuk kandang yaitu Rp 60.000,-.
18. bunga Bank yaitu 1,5%/bulan
19. nilai penyusutan kandang diperhitungkan dengan kekuatan masa pakai 6 tahun dan nilai penyusutan peralatan diperhitungkan dengan masa pakai 5
tahun.
20. perhitungan analisis biaya ini hanya diperhitungkan sebagai Pedoman dasar, karena nilai/harga sewaktu-waktu dapat mengalami perubahan.
Adapun rincian biaya produksi dan modal usaha tani adalah sebagai berikut :
1. Biaya prasarana produksi
1. Sewa tanah 200 m 2 selama 2 bulan—————Rp. 20.000,-
2. Kandang ukuran 20 x 5 m
 Bambu 180 batang @ Rp 1250,————–Rp. 225.000,-
 Semen 4 zak @ Rp 7000,——————–Rp. 28.000,-
 Kapur 30 zak @ Rp 6000,——————-Rp. 18.000,-
 Genting 2600 bh @ Rp 90,——————-Rp. 234.000,-
 Paku reng 5 kg @ Rp 2000,——————Rp. 10.000,-
 Paku usuk 7000 kg @ Rp 1800, ————-Rp. 12.600,-
 Batu bata 1000 buah @ Rp 55,—————Rp. 55.000,-
 Pasir 1 truk ———————————–Rp. 230.000,-
 Tali 28 meter @ Rp 5000, ——————–Rp. 14.000,-
 Tenaga kerja ———————————-Rp. 400.000,-
3. Peralatan
 Tempat pakan 28 bh @ Rp 5000, ———— Rp. 140.000,-
 Tempat minum 32 bh @ Rp 3880, ———— Rp. 124.000,-
 Sekop 1 bh ———————————– Rp. 7.000,-
 Ember 2 bh @ Rp 2000, ———————- Rp. 4.000,-
 Tong bak air 1 bh —————————– Rp. 15.000,-
 Ciduk 2 bh @ Rp 500, ———————— Rp. 1.000,-
 Tabung gas besar 1 bh ————————- Rp. 250.000,-
 Thermometer 1 bh —————————– Rp. 2.000,-
 Regulator 1 bh ——————————— Rp. 52.500,-
 Brooder (gasolec) 1 bh ———————— Rp. 15.000,-
 Tali gantung tmp pakan 120 m @Rp 500,- —– Rp. 60.000,-
Jumlah biaya prasarana produksi ————— Rp. 2.052.000,-
2. Biaya sarana produksi
1. Bibit DOC 1000 bh @ Rp 900,- ——————– Rp. 900.000,-
2. Pakan dan obat-obatan
 BR-1 31 zak (0-4 minggu) @Rp 36.000, ——- Rp. 1.116.000,-
 BR-2 34 zak (4-6 mingu) @ Rp 34.000, ——– Rp. 1.156.000,-
 obat-obatan @ Rp 150,-/ekor —————— Rp. 150.000,-
3. tenaga kerja pelihara 1,5 bln @ Rp 105.000,- ——– Rp. 157.500,-
4. Lain-lain ———————————————- Rp. 10.000,-
 sekam padi alas kandang 1 truk @Rp 60.000,- — Rp. 60.000,-
 karung goni bekas 32 kantong @ Rp 300,- —— Rp. 2.400,-
 pemakaian listrik selama 0-6 minggu ————- Rp. 7.000,-
 pemakaian gas ———————————– Rp. 35.000,-
Jumlah biaya produksi ————————— Rp. 3.583.900,-
3. Biaya produksi
1. Sewa tanah 200 m 2 selama 2 bulan —————— Rp. 20.000,-
2. Nilai susut prasarana produksi/2 bln
 kandang —————————————– Rp. 51.109,-
 Peralatan Rp 805.660,- : 30 ——————— Rp. 26.856,-
3. Bibit DOC 1000 ekor ——————————— Rp. 900.000,-
4. Pakan dan obat-obatan ——————————– Rp. 2.422.000,-
5. Tenaga kerja ——————————————- Rp. 157.500,-
6. lain-lain ———————————————— Rp. 104.400,-
7. Bunga modal 1,5% per bulan ————————— Rp. 84.543,-
8. Bulan modal 1,5 bulan ——————————— Rp. 126.815,-
Jumlah biaya produksi ———————————- Rp. 3.808.680,-
4. Pendapatan
1. Total produksi 1000X94%X1,75 kg X Rp 2500,- —– Rp. 4.112.500,-
2. Nilai Pupuk kandang ———————————– Rp. 60.000,-
3. Jumlah pendapatan ————————————- Rp. 4.172.500,-
4. Keuntungan ——————————————– Rp. 363.820,-
5. Parameter kelayakan usaha
1. BEP Volume Produksi = 870 ekor
2. BEP Harga Produksi Rp. 3.316.000,-
3. B/C Ratio = 1,09
4. ROI = 6,45 %
5. Rasio keuntungan terhadap pendapatan = 8,71 %
6. Tingkat pengembalian modal = 2,6 th.
2. Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam broiler cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam broiler saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan

SIAPA sangka kotoran ternak bisa jadi sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Lewat proses fermentasi, limbah yang baunya amat merangsang itu dapat diubah menjadi biogas. Energi biogas punya kelebihan dibanding energi nuklir atau batu bara, yakni tak berisiko tinggi bagi lingkungan. Selain itu, biogas tak memiliki polusi yang tinggi. Alhasil, sanitasi lingkungan pun makin terjaga.
Sejak terjadi krisis energi pada tahun 1973, masalah energi menjadi topik utama dunia.

Negara-negara maju mulai berlomba mencari terobosan baru dalam menghasilkan energi alternatif yang jauh lebih murah ketimbang minyak dan gas. Mereka pun menerapkan kebijakan diversifikasi energi. Tentunya ketergantungan pada energi tak terbarukan tadi makin berkurang. Ini wajar, sebab setiap krisis yang terjadi selalu memberikan efek pada kenaikan harga BBM serta ketersediaan yang kurang memadai.
”Salah satu contoh energi alternatif tadi adalah biogas. Energi ini punya masa depan cerah. Kita pun punya banyak bahan baku sumber energi itu,” ungkap Daru Mulyono dari Direktorat Teknologi Budi Daya Pertanian, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Sayangnya, pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas ini kalah ngetop ketimbang pupuk tanaman dari kotoran itu.

Padahal dengan teknologi biogas, kandungan zat-zat alami yang terdapat pada kotoran ternak dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan energi yang kian meningkat. Jadi ribut-ribut soal pasokan energi yang kurang tidak bakal ada lagi. Pasalnya, biogas bisa dipakai untuk apa saja. Sebut saja mulai dari memasak, lampu penerangan, transportasi hingga keperluan lain yang perlu energi. Nah, bila biogas telah diaplikasikan secara luas, ribut-ribut kekurangan pasokan energi bisa dihindari. Dan urusan sanitasi lingkungan pun bisa teratasi.
Namun menurut catatan ALGAS (1997), sektor peternakan merupakan kontributor kedua dalam angka emisi gas metan. Nomor satunya dipegang sektor pertanian. Bersama CO, N2O, NOx, gas metan adalah gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas di bidang pertanian dan peternakan. Fermentasi dari pencernaan ternak (enteric fermentation) menyumbang sebagian besar emisi gas metan yang dihasilkan peternakan.

Tapi, jangan khawatir, emisi gas metan yang muncul bisa dikurangi. Caranya, dengan perbaikan kualitas makanan ternak. Bila tidak, manfaatkanlah kotoran ternak tadi sebagai biogas. ”Di beberapa daerah, seperti Solo, implementasi sisa produksi menjadi biogas telah ada. Mereka sudah memanfaatkan kotoran ternak menjadi sumber energi panas untuk kebutuhan dapur,” ungkap Riska Elyza dari Pelangi Indonesia, sebuah LSM yang berkutat dalam masalah lingkungan. Bahkan mereka sudah berhasil merancang kompor khusus seperti layaknya kompor gas elpiji. ”Ini jadi bukti kalau biogas bisa diterapkan. Hanya saja ia butuh sosialisasi dan transfer teknologi yang gencar dari berbagai pihak,” tegas Riska.

Gas Rawa
Biogas biasanya dikenal sebagai gas rawa atau lumpur. Gas campuran ini didapat dari proses perombakan kotoran ternak menjadi bahan organik oleh mikroba dalam kondisi tanpa oksigen. Proses ini populer dengan nama anaerob. Selama proses fermentasi, biogas pun terbentuk.
Dari fermentasi ini, akan dihasilkan campuran biogas yang terdiri atas metana (CH4), karbon dioksida, hidrogen, nitrogen dan gas lain seperti H2S. Metana yang dikandung biogas berjumlah 54 – 70 persen, sedang karbon dioksida antara 27 – 43 persen. ”Gas-gas lainnya cuma punya persentase sedikit saja,” ujar Daru. Selama proses itu, mikroba yang bekerja butuh makanan. Makanan tersebut mengandung karbohidrat, lemak, protein, fosfor dan unsur-unsur mikro. Lewat siklus biokimia, nutrisi tadi akan diuraikan. Dengan begitu, akan dihasilkan energi untuk tumbuh. ”Dari proses pencernaan anaerobik ini akan dihasilkan gas metan,” ungkap Daru.
Bila unsur-unsur dalam makanan tadi tak berada dalam takaran yang seimbang alias kurang, bisa dipastikan produksi enzim untuk menguraikan molekul karbon komplek oleh mikroba akan terhambat. ”Nah, untuk menjamin semuanya berjalan lancar, unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan mikroba harus tersedia secara seimbang,” tutur lelaki kelahiran Yogyakarta ini. Dalam pertumbuhan mikroba yang optimum biasanya dibutuhkan perbandingan unsur C : N : P sebesar 100 : 2,5 : 0,5.
Selain masalah nutrisi, ada faktor lain yang perlu dicermati karena berpotensi mengganggu jalannya proses fermentasi. ”Ada beberapa senyawa yang bisa menghambat proses penguraian dalam suatu unit biogas. Untuk itu, saat menyiapkan bahan baku untuk produksi biogas, bahan-bahan pengganggu seperti antibiotik, desinfektan dan logam berat harus diperhatikan saksama,” terang Daru.
Gas metan hasil fermentasi ini akan menyumbang nilai kalor yang dikandung biogas, besarnya antara 590 – 700 K.cal per kubik. Sumber utama nilai kalor biogas berasal dari gas metan itu, plus sedikit dari H2 serta CO. Sedang karbon dioksida dan gas nitrogen tidak memiliki konstribusi dalam soal nilai panas tadi.
Sementara dalam hal tingkat nilai kalor yang dimiliki, biogas punya keunggulan yang signifikan ketimbang sumber energi lainnya, seperti coalgas (586 K.cal/m3) ataupun watergas (302 K.cal/m3). Nilai kalor biogas itu kalah oleh gas alam (967 K.cal/m3). Bahkan, menurut D. Wibowo dalam paper-nya Gas Bio Sebagai Suatu Sumber Energi Alternatif, setiap kubik biogas setara dengan setengah kilogram gas alam cair (liquid petroleum gases), setengah liter bensin dan setengah liter minyak diesel. Biogas pun sanggup membangkitkan tenaga listrik sebesar 1,25 – 1,50 kilo watt hour (kwh).
Dari nilai kalor yang dikandung, biogas mampu dijadikan sumber energi dalam beberapa kegiatan sehari-hari. Mulai dari memasak, pengeringan, penerangan hingga pekerjaan yang membutuhkan pemanasan (pengelasan).
Selain itu, biogas juga bisa dipakai sebagai bahan bakar untuk menggerakkan motor. Menurut Daru, untuk keperluan ini, biogas sebelumnya harus dibersihkan dari kemungkinan adanya gas H2S karena gas tersebut bisa menyebabkan korosi. Agar tak timbul gas yang baunya seperti kentut itu, kita mesti melewatkan biogas pada ferri oksida. ”Nantinya ferri oksida inilah yang akan mengikat (gas) H2S tadi,” ucap Daru.
Bila biogas digunakan sebagai bahan bakar motor maka diperlukan sedikit modifikasi pada sistem karburator. Hasil kerja motor dengan bahan bakar biogas ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti pembangkit tenaga listrik, pompa air dan lainnya. Selain itu, biogas juga bisa dipadukan dengan sistem produksi lain.
(bayu mardana)